Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor selenggarakan Focus Group Discussion (FGD) hasil dari penelitian hibah dari Kemenristekdikti yang dilaksanakan oleh Dr. Amir Mahrudin, S.Pd.I., M.Pd.I. sebagai ketua peneliti, Dr  Drs. Asmil Ilyas, MA. dan Megan Asri Humaira, SS., M.Hum. sebagai anggota. FGD ini bertajuk "Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial Berkarakter dalam Mencegah Penyimpangan Perilaku Seksual Remaja Berbasis Pendekatan Agama" dan bertempat di Aula Gedung C UNIDA Bogor (6/1). Kegiatan ini diisi oleh Dr. Amir Mahrudin, S.Pd.I., M.Pd.I. selaku ketua peneliti dan dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Dr. R. Hj. Siti Pupu Fauziah, S.Pd.I., M.Pd.I. selaku Ketua Umum Yayasan Pusat Studi Pengembangan Islam Indonesia (YPSPIAI), Irman Suherman, S.Pd., M.Pd. selaku dosen FKIP, Gugun Gunadi, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen FKIP UNIDA Bogor.

Dr. Amir Mahrudin, S.Pd.I., M.Pd.I. dalam penyampaian materinya menyampaikan bahwa bangsa dan Negara Indonesia sedang dalam kondisi darurat dalam penyimpangan perilaku seksual remaja, hal ini ditandai dengan munculnya lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) pergaulan bebas, kecanduan pornografi, kejahatan dan kekerasan seksual , hamil di luar nikah dan aborsi serta bullying baik di lingkungan sekolah maupun di luar.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Kemenristekdikti yang telah memberikan hibah penelitian ini dan terima kasih juga kepada Direktur DRPM UNIDA Bogor, Dra. Ginung Pratidina, M.Si. yang telah membimbing tim dalam penelitian ini serta terima kasih juga kepada narasumber dan peserta yang telah hadir dalam FGD ini. Perlu kita ketahui bahwa penyimpangan perilaku seksual pada remaja tentunya akan memberikan dampak yang buruk bagi pembangunan manusia Indonesia yang berkarakter, sebab akan melahirkan berbagai penyakit jasmani dan rohaniah dan akan mengancam masa depan kualitas bangsa Indonesia. Dengan agama dapat memberikan langkah-langkah strategis dalam membangun remaja berkarakter dan bermartabat, sehingga dapat mencegah perilaku penyimpangan perilaku seksual remaja,” ungkap Dr. Amir Mahrudin, S.Pd.I., M.Pd.I.

Ada berbagai macam penyimpangan seksual di dunia ini termasuk pada remaja di Indonesia. Dan sebagai remaja Indonesia ada beberapa hal yang harus dilakukan remaja untuk menghadapi era globalisasi ini. Seperti yang disampaikan oleh Dr. R. Hj. Siti Pupu Fauziah, S.Pd.I., M.Pd.I. dalam pemaparan materinya.

“Penyimpangan seksual ada 10 jenis yaitu diantaranya eksibisionisme, fetsisme, frotteurism, pedofilia, masokisisme atau sadisme, tranvestisme, voyeurisme, autogynephilia, necrophilia, zoofilia. Untuk Yang diperbolehkan adalah dengan lawan jenis tetapi untuk remaja atau bukan muhrimnya dilarang berhubungan khususnya pacaran karena untuk pacaran dianjurkan nanti setelah menikah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh remaja saat ini diantaranya yaitu menghilankan gaya instan, memperkuat ideologi, mempertahankan nilai kemanusiaan, budaya sebagai prioritas, tidak meninggalkan sejarah, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,” tutur Dr. R. Hj. Siti Pupu Fauziah, S.Pd.I., M.Pd.I.

Masalah besar yang terjadi pada remaja Indonesia saat ini terjadi karena kebebasan untuk berpacan. Seperti yang disampaikan oleh Irman Suherman, S.Pd., M.Pd. dalam penyampaian materinya.

“Masalah sosial apa yang terjadi? Masalah besar yang dihadapi siswa di Indonesia pada saat ini yang patut diwaspadai, yaitu oral seks, stimulan genital, petting dan ciuman, nonton film porno, hilang keperawanan sejak remaja bahkan sampai aborsi. Masalah besar yang terjadi saat ini merupakan dampak dari pacaran yang begitu bebas di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan kurikulum yang sesuai untuk saat ini di sekolah,” tutur Irman Suherman, S.Pd., M.Pd.

Gugun Gunadi, S.Pd.I., M.Pd. dalam pemaparan materinya menyampaikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan remaja saat ini sangat cepat sehingga dibutuhkan peran kurikulum yang tepat bagi remaja saat ini.

Perkembangan dan pertumbuhan saat remaja itu sangat cepat. Pekembangan menyangkut soal fisik dan mental seperti perhatian terhadap lawan jenis, rasa cinta, cemburu, benci. Dan untuk pertumbuhan fisik bisa dilihat dari fisik seperti tumbuh kumis dan lain-lain. Sehingga dibutuhkan kurikulum yang tapat bagi siswa saat ini, kurikulum memiliki dimensi pengertian yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai pernecanaan pembelajaran. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang berbasis pada masyarakat,” pungkas Gugun Gunadi, S.Pd.I., M.Pd. _FAI_