Webinar yang
mengusung tema ?Memutus
Rantai Stereotipe Kuno Tentang Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi?
diselenggarakan oleh mahasiswa kelas Event
Organizer, Prodi Sains Komunikasi, Fisipkom UNIDA Bogor. Webinar yang
diselenggarakan pada tanggal 15 April 2022 pukul 14.00-16.00 ini menghadirkan
narasumber Dr. Emilia Bassar, Saepudin Muhtar, S.IP., M.Sos, dan Dr. Agustina
M. Purnomo. Webinar yang diketuai oleh Zahara Eka, mahasiswa Sains Komunikasi
semester 6 ini diselenggarakan dengan zero
budget, atau tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Kreativitas mahasiswa menjadi
andalan untuk dapat menyelenggarakan webinar di masa pandemi.
Dekan Fisipkom, Ibu Dra. Ginung Pratidina, M.Si menyampaikan penghargaan
kepada mahasiswa yang berhasil menyelenggarakan event yang dihadiri oleh dari 190 orang peserta. Kreativitas dan
kemampuan mahasiswa Sains Komunikasi Fisipkom diacungi jempol oleh Dekan. Ibu
Dessy Hasbiah, M.Ikom, Sekretaris Program Studi Sains Komunikasi dalam
sambutannya menyampaikan agar mahasiswa memanfaatkan event ini untuk terus menerus menggali ilmu dari beragam sarana
termasuk webinar kali ini.
Narasumber pertama, Dr. Agustina M. Purnomo, menyampaikan materi ?Menjadi
Peneliti Komunikasi Profesional?. Narasumber menyampaikan, bahwa stereotipe
mahasiswa ilmu komunikasi tidak seluruhnya tidak berguna. Memiliki keterampilan
berbicara dan berpenampilan menarik itu penting. Telah banyak presenter, MC,
atau public figure yang berhasil
sukses dengan mengandalkan kedua kemampuan ini. Namun, lebih dari itu,
mahasiswa komunikasi dapat menjajal profesi selain yang mengandalkan kemampuan
analitis, menjadi peneliti. Menjadi peneliti komunikasi sama atau lebih sulit
dibanding dengan peneliti di bidang eksakta. Peneliti di bidang sosial harus
mampu mengasah kemampuan untuk mendapatkan pemahaman intersubjektif, menggali
dan menjelaskan fenomena sosial dan menyajikan data dan fakta dengan tulisan
yang baik.
Narasumber kedua, Sulton Al Fatih dari BEM Fisipkom menyampaikan stereotipe
mengenai mahasiswa Ilkom tersebut harus dilihat berdasarkan gunanya bagi
mahasiswa. Stereotipe yang yang dirasakan mahasiswa tidak selalu salah,
beberapa malah peru ditingkatkan. Jika mahasiswa komunikasi dianggap kuliahnya
mudah, diambil positifnya saja, lebih enak belajar hal yang lebih mudah.
Setelah diterima dan ditanggapi, maka langkah berikutnya adalah menanggapi
anggapan orang lain dalam bentuk peningkatan bagi diri kita sendiri. Misalnya,
mahasiswa komunikasi dianggap sebagai mahasiswa yang pintar berbicara, lebih
baik ditingkatkan kemampuan berbicara mahasiswa tersebut daripada merasa
terganggu.
Narasumber ketiga, Saepudin Muhtar, S.IP. atau dikenal dengan nama Gus Udin
merupakan Ketua Tim Percepatan Pembangunan Strategis Kab. Bogor. Menurutnya,
komunikasi itu sangat penting. Jadi jika dibilang ilmu komunikasi itu santai
sama sekali tidak betul. Komunikasi memerlukan bahan. Bahan tersebut diperoleh
dari sumber-sumber informasi. Jadi
kemampuan komunikasi berkaitan dengan kemampuan untuk memahami konteks, isu,
ilmu, budaya dan sosial. Kemampuan komunikasi juga merupakan kemampuan untuk
membuat sesuatu hal menjadi mudah dipahami. Komunikasi itu membuat hal yang
sulit menjadi mudah, hal yang rumit menjadi sederhana, dan hal yang tidak
mungkin menajdi mungkin dilakukan. Pada praktiknya komunikasi merupakan sebuah
ilmu yang berada di garda terdepan dalam beragam penerapan ilmu lain.
Narasumber ketiga, Dr. Emilia Bassar
seorang praktisi Humas Nasional,
peneliti di lembaga internasional dan juri berbagai ajang perlombaan nasional
menyampaikan, mahasiswa perlu memiliki fokus untuk memperdalam ilmu
komunikasi. Dr. Emilia menyampaikan
terdapat empat tantangan bagi mahasiswa komunikasi. Pertama adalah perkembangan
media digital. Perkembangan teknologi memerlukan kemampuan komunikasi berbasis
media. Kedua. komunikasi pemasaran. Mahasiswa komunikasi harus mampu
memanfaatkan ilmu komunikasi menjadi pendukung dalam pemasaran. Ketiga, brand reputation. Komunikasi berperan
dalam membangun reputasi merek dagang atau brand
reputation. Terakhir, Dr. Emilia menyampaikan bahwa mahasiswa komunikasi
harus memiliki kemampuan adaptif, kreatif, empati dan kolaboratif.