Penumbuhan literasi sains sebaiknya dilakukan sejak dini agar kesadaran siswa meningkat dalam menjaga dan memelihara alam serta dapat berpikir saintifik. Permainan tradisional seperti gundu dapat menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan literasi sains pada anak. Namun di zaman sekarang gundu sudah jarang dimainkan, buktinya banyak anak-anak yang tidak tahu apa itu permainan gundu bahkan kelereng pun sudah jarang dijual di pasaran.

 

Hal inilah yang kemudian mendasari Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Guru (FAIPG) Universitas Djuanda (UNIDA) untuk menjadikan permainan tradisional gundu sebagai pengalaman belajar sains siswa SD.

 

Tim PKM Dosen PGSD FAIPG UNIDA ini terdiri dari Afridha Sesrita, M.Pd sebagai Ketua Tim, serta Teguh Prasetyo, M.Pd, dan Irma Inesia Sri Utami, M.Pd sebagai anggota, bekerjasama juga dengan Kepala Sekolah dan Guru-guru SD Amaliah.

 

Apa itu Gundu?

Dalam KBBI, gundu adalah permainan yang dimainkan dengan bola kecil yang terbuat dari marmer, tanah yang dibakar, dan kaca atai sering disebut kelereng yang digunakan sebagai alat permainan anak-anak. Seperti yang dilansir oleh Dinas Kebudayaan, gundu merupakan mainan tradisional anak-anak khas Betawi lebih tepatnya dari daerah Mandaru, Jakarta Utara. Gundu biasa dimainkan oleh anak laki-laki usia 7-12 tahun dengan minamal pemain sebanyak dua orang. Setiap pemain diberikan kesempatan menjentikkan kelereng sebanyak tiga kali dan apabila dalam tiga kali berturut-turut pemain tidak berhasil memasukan kelereng ke dalam lingkaran, maka pemain tersebut dapat digantikan oleh pemain berikutnya.

 

Apa itu Literasi Sains?

Dilansir dari Peta Jalan Gerakan Literasi Sekolah Kemdikbud 2017, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional.

 

Mengapa kemampuan berliterasi itu penting bagi siswa?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rusly (2019), Seseorang yang banyak membaca akan memperoleh pengetahuan baru dari berbagai media baik media cetak ataupun media elektronik, begitupun dengan siswa. Siswa sangat memerlukan kemampuan membaca untuk dapat memahami berbagai informasi yang dibaca atau didapat. Kegemaran membaca memberikan dampak yang positif untuk siswa karena, minat baca yang sangat tinggi menjadikan minat belajar juga tinggi. Siswa yang senang membaca akan mempunyai pengetahuan yang luas dari buku yang dibacanya,

 

Penggunaan alat atau permainan dalam meningkatkan kemampuan literasi sains siswa menjadi sangat penting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febiyanti (2021) dengan mengadakan permainan tradisional kelereng dapat digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terlebih media tersebut dalam bentuk permainan yang digemari oleh siswa. Salah satu permainan yang sangat berhubungan dengan konsep sains adalah permainan tradisional kelereng.

 

Literasi sains dalam permainan gundu

Dalam permainan kelereng, telah beberapa gaya. Contohnya, seperti:

·      Gaya Gesek terjadi ketika kelereng digelindingkan di atas permukaan tanah.

·      Gaya Otot terjadi ketika seseorang berusaha menjentikkan kelereng.

 

Gaya juga dapat mempengaruhi gerak pada benda. Baik benda yang sedang bergerak maupun benda yang sedang diam. Seperti, gaya dapat mengubah benda diam menjadi bergerak, menambah kecepatan gerak benda, mengubah arah gerak benda, mengubah jarak benda, mengubah posisi benda.

 

Selain mendapatkan pengetahuan baru, dalam permainan kelereng juga terdapat manfaat yaitu pertumbuhan fisik dalam hal, memperkuat otot, memperkuat sendi, memperkuat tulang, gaya hidup lebih aktif, dan tubuh menjadi terasa lebih sehat.

 

Ketika seseorang bermain kelereng, dia menggunakan sistem pernapasan perut. Pada dasarnya, mekanisme pernapasan perut sama dengan mekanisme pernapasan normal. Bedanya, pernapasan perut berfokus pada kerja diafragma. Diafragma adalah otot besar yang terletak di bawah paruparu dan di atas rongga perut. Hal ini ditunjukan dengan posisi perut yang lebih condong ke depan dan mengembang.

 

Cara bermain gundu yang tepat

Kegiatan bermain gundu sebagai pengalaman belajar sains siswa di SD Amaliah dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat selama satu bulan. Bermain gundu sangat menyenangkan apabila dimainkan oleh banyak orang. Semakin banyak pemain semakin terasa suasana serunya bermain gundu. Apalagi ketika bagian memenangkan permainan dan berakhir membawa banyak gundu. Untuk mengetahui bagaimana serunya bermain gundu sebagai pengalaman belajar sains siswa di SD Amaliah, mari kita simak langkah-langkah bermainnya.

 

Pertama-tama, siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap masing-masing kelompok akan mendapat kelereng dan setiap perwakilan kelompok melakukan gambreng atau hompimpa dengan tujuan mencari kelompok siapa yang pertama bermain. Lalu dua kelompok sisa melakukan suit untuk menentukan pemain kedua dan ketiga. Setelah selesai menentukan urutan bermain, gambar lingkaran kecil di tanah untuk menaruh sebutir kelereng di dalam lingkaran.

 

Lalu semua anak berdiri kira-kira sejauh 500 cm dari lingkaran dan di luar garis. Kemudian lemparkan sebutir kelereng lainnya ke arah lingkaran secara bergantian. Anak yang kelerengnya jatuh paling jauh dari lingkaran, bisa main lebih dulu. Anak yang main lebih dulu harus memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai “Penyerang” untuk memukul kelereng di dalam lingkaran agar keluar. Anak yang berhasil melakukannya, maka ia boleh menyimpan setiap kelereng yang kena jentik.

 

Cara menjentik kelereng yaitu pertemukan ibu jari dengan jari tengah. Jentikan kedua jari tepat pada gundu. Kelereng “Penyerang” harus tetap tinggal di dalam lingkaran. Kalau tidak, maka anak yang memilikinya akan kehilangan kelereng tersebut. Pemenang adalah anak yang mengumpulkan kelereng atau gundu terbanyak.

 

Afridha Sesrita, M.Pd selaku Ketua Tim PKM Dosen PGSD FAIPG UNIDA menuturkan bahwasanya dari beberapa tanggapan siswa yang bermain kelereng dapat disimpulkan, permainan gundu menjadi salah satu alternatif belajar siswa dalam pembelajaran sains sekaligus membudayakan kembali permainan tradisional yang sudah mulai hilang.

 

Setelah permainan gundu dilaksanakan siswa dapat mengetahui berbagai macam gaya seperti gaya gesek, gaya gravitasi, gaya gerak, dan gaya otot. Selain macam-macam gaya juga siswa menyadari jika sistem pernapasan itu ada dua macam yaitu, pernapasan dada, pernapasan perut, dan pernapasan diagrafama.

 

“Dari permainan gundu yang telah dilaksanakan di SD Amaliah tentunya tidak hanya untuk bersenang-senang saja, siswa mendapatkan hal yang baru. Meningkatnya kesadaran siswa dalam berpikir saintifik (selalu ingin tahu, berpikir terbuka, kreatif, dan mampu menentukan sebuah keputusan). Selain itu juga, siswa menjadi tahu bahwa ilmu sains banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan ketika dalam permainan sekalipun,” ungkapnya.