Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 serta Perguruan Tinggi di Kabupaten dan Kota Bogor diantaranya Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor, Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan (IBIK), Universitas Pakuan (UNPAK), Universitas Ibn Khaldun serta Universitas Nusa Bangsa (UNB) selenggarakan Webinar Pembinaan Duta Edukasi Perubahan Perilaku Kota Bogor yang bertajuk “Semangat Kerelawan untuk Penanganan COVID-19” (15/12). Webinar ini diisi oleh Pencerah Nusantara COVID-19 Bandung, Deni Frayoga, SKM. Dan Founder Fight Corona Together, Ns. Adinda Fauziah Fadhillah, S.Kep. Kegiatan webinar ini diperuntukan dan diikuti oleh Duta Edukasi Perubahan Perilaku Kota Bogor.

Koodinator Dosen Pembimbing Lapangan Duta Edukasi Perubahan Perilaku Kota Bogor, Humaira Anggie Nauli dalam pemaparan sambutannya menyatakan menghadapi isu Covid-19 mahasiswa dan kampus mendapat peran untuk penanggulangan COVID-19 dengan cara edukasi.

“Ada catatan sejarah bahwa mahasiswa dan kampus mengambil peran dalam edukasi untuk penanggulangan COVID-19. Kita harus tetap optimis dalam menyehatkan kembali Indonesia seperti semula. Wilayah kerja duta edukasi yaitu di Kota Bogor. Selain kegiatan webinar seperti ini, Duta Edukasi juga turun lapangan untuk mengedukasi diantaranya di Pasar Anyar, Tugu Kujang dan sekitar Kebun Raya Bogor dan dalam edukasi ini Duta Edukasi menggunakan banyak cara diantaranya dengan menggunakan poster, flyer dan pembagian masker pada masyarakat,” tutur Humaira Anggie Nauli.

Koordinator Administrasi Keuangan Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penaganan COVID-19, Nita Lusaid dalam semakin banyaknya jumlah yang terpapar baik di tingkat jawa barat dan Indonesia. Di bidang perilaku ada 3 bidang yaitu diantaranya yaitu edukasi, sosialisasi dan mitigasi. Seperti saat ini dilaksanakan merupakan bidang edukasi yang berbasis Kemendikbud. Kita melihat pandemi saat ini semua orang di dunia merasakan dampak dari COVID-19 ini, dan tidak upaya lain selain kita saling peduli, saling mengedukasi.

“Meskipun nanti sudah ada vaksin tetapi tetap harus melaksanakan 3M yaitu Mennggunakan Masker, Menajag Jarak dan Mencuci Tangan karena jika nanti divaksin saja itu akan menjadi kesia-siaan dan dengan 3M lah benteng susungguhnya dari paparan COVID-19. Untuk saat ini COVID-19 semakin meningkat setelah libur pasti ada lonjakan. Dan jangan lupa mahasiswa untuk mengedukasi menggunakan masker dengan benar, jangan sampai menggunakan masker tetapi tangan kita kotor, itu akan menjadi kesia-siaan dan kebanyakan masyarakat Indonesia terutama milenial yang berkerumun banyak yang tidak memperhatikan protokol kesehatan dan membawa virus dari luar ke rumah sehingga menularkan ke usia rentan. Untuk para duta tidak perlu khawatir menjadi relawan karena menjadi relawan tidak akan membuat kita miskin dan susah justru dengan kegiatan seperti ini memberikan kita kekuatan dan pengalaman dan menambah nilai kita dan COVID-19 ini menyadarkan kita untuk selalu peduli akan sesama,” ungkap Nita Lusaid.

Pencerah Nusantara COVID-19 Bandung, Deni Frayoga, SKM. Dalam pemaparan materinya yang berjudul Menjadi Relawan Edukasi COVID-19 Lewat Pendekatan Luring (Offline) menyatakan bahwa Edukasi luring ini ada tiga level yaitu individu, keluarga dan komunitas sementara untuk COVID-19 ini lebih ke level kecil dan untuk komunitas pun dalam skala yang sangat kecil. Dan dipersiapkan yang diperlukan untuk menjadi relawan edukasi COVID-19 secara luring diantaranya pertama niat sehat, pengetahuan tentang COVID-19, patuh pada protokol kesehatan, adanya logistik (media, APD), kepekaan budaya dan kemampuan komunikasi.

“Program kesehatan berbasis masyarakat sudah lama dikembangkan jauh sebelum COVID-19 pada permasalahan kesehatan di masyarakat, prinsip promram kesehatan berbasis masyarakat ini dilakukan oleh relawan atau kader dari masyarakat dengan menggerakan masyarakat misalnya kelompok ibu PKK, pengajian, santri pemuda dan lain-lain. Langkah demi langkah promkes COVID-19 berbasis masyarakat pertama yaitu rekruitment yang berusia maksimal 50 tahun dan tidak ada komorbid. Kedua pelatihan yaitu pengetahuan tentang COVID-19 seperti komunikasi risiko dan pemetaan sasaran. Setelah melakukan pelatihan lalu membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang berdasarkan kelompok RT/RW. Setelah itu lalu lakukan action. Dan setelah action lakukan monitoring dan evaluasi dengan observasi di lapangan dan hasil temuan lapangan oleh relawan,”

Founder Fight Corona Together, Ns. Adinda Fauziah Fadhillah, S.Kep. dalam pemaparan materinya yang berjudul Menjadi Relawan Edukasi COVID-19 lewat Pendekatan Daring (Online) menyatakan bahwa FCT adalah gerakan sosial yang berinisiatif membagikan 10.000 masker kain, 1000 hand sanitizer dan 10.000 pamflet informatif tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar, etika batuk bersin yang baik dan benar serta cara memakai dan melepas masker yang baik dan benar dan bagaimana cara memberikan edukasi dan solusi yang efektif dan efisien pada masyarakat.

“cara memberikan solusi ke masyarakat adalah dengan cara seperti kita memberikan sebuah hadiah dan harus dikemas dengan baik dan harus dikemas dengan media yang menarik seperti tiktok, instagram, whatsapp dan media online lainnya. Dan kita harus lebih positif, inovatif dan kreatif untuk mengedukasi masyarakat. Informasinya harus eye catching, konten menarik dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan target serta sampaikan dengan baik dan informasinya benar. Pada saat pandemi COVID-19 ini kita harus merubah pemikiran masyarakat yang tidak peduli akan COVID-19 dengan cara kita peduli dan tunjukan kasih sehingga masyarakat tersentuh hatinya untuk merubah perilaku sehingga lebih peduli terhadap bahaya COVID-19,” pungkas Ns. Adinda Fauziah Fadhillah, S.Kep.