Pemilihan
umum (Pemilu) merupakan hajat besar yang akan dilaksanakan oleh sebagian
masyarakat Indonesia yang sudah menjadi daftar pemilih tetap (DPT) dengan
persyaratan serta ketentuan yang berlaku. Syarat dan Ketentuan tersebut
diantaranya adalah usia calon DPT yang sudah mencukupi atau sekurang-kurangnya
berusia 17 tahun dan sudah memiliki kartu tanda penduduk.
Pemilu yang
akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019 merupakan pemilu yang istimewa,
karena bukan hanya presiden dan wakil presiden yang akan dipilih oleh rakyat
Indonesia, namun juga serentak dilakukan pemilihan legislatif untuk anggota
DPRD, DPR, dan DPD.
Dengan
adanya pemilu serentak masyarakat harus lebih bijak dan lebih mencari tahu
pilihannya dalam pemilu 2019, dalam hal ini terdapat pemilih pemula atau
pemilih milenial yang berada dalam taraf usia remaja, banyak isu-isu negatif
yang diangkat baik berkenaan dengan partai politik ataupun calon legislatif
yang akan dipilih.
Melihat
fenomena tersebut, melalui second house bersama Dewan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Djuanda (UNIDA) menyelenggarakan Diskusi Publik yang
mengangkat tema "Milenial Cerdas dalam Menggunakan Hak Pilih dan Menangkal
Hoax? pada Kamis (11/4), bertempat di Ruang kuliah B.501, Kampus UNIDA
Bogor.
Adapun
narasumber yang dihadirkan diantaranya Nanang Suryana (Peneliti Muda PSPK
UNPAD), M. Yusuf GG seran (Dosen FISIP UNIDA), Vidya Nurrul Fathiya (Pegiat Second
House) dan dimoderatori oleh Zunnur Roin.
Hadir dalam acara,
Dekan Fakultas Ekonomi UNIDA Dr. Lucky Hikmat Maulana, M.Si mengapresiasi kegiatan
yang diselenggarakan atas kerja sama Fakultas Ekonomi dengan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik ini. ?Acara ini merupakan bagian dari rangkaian milad UNIDA
ke-32, bagi para mahasiswa harap simak apa yg disampaikan khususnya tentang hoax
yang dapat menjerumuskan kita ke dalam kebohongan dan fitnah, cerdaslah dalam
memilah dan memilih informasi,? ujarnya pada saat memberikan sambutan.
Sementara
itu, Ir. Nur Rochman, MP selaku Direktur Kemahasiswaan menyampaikan bahwa setiap
manusia memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, dan sosial yang menjadi
pondasi dasar pemikiran. Menurutnya, dalam perkembangan generasi milenial
tumbuh sebuah kebiasaan yaitu sulit untuk melepaskan diri dari gadget. Generasi
milenial menggenggam dunia dalam teknologi gadget, bahkan setiap
informasi dan berita terkini dapat langsung dikonsumsi serta di-share
kembali ke setiap orang.
?Informasi
yang di-share belum tentu benar adanya, sehingga memunculkan masalah
baru seperti kebohongan publik, menyikapi hal tersebut kita sama-sama harus
lebih bijak dan tabayyun dalam menerima serta menyebar luaskan
pemberitaan kepada masyarakat sehingga informasi tersebut bermanfaat dan tidak
menyesatkan? tuturya.
Kegiatan ini
dibuka untuk umum, khususnya bagi pemilih pemula. Peserta yang hadir berasal
dari mahasiswa dan siswa yang berasal dari beberapa sekolah. Antusiasme yang
tinggi ditunjukan oleh peserta dalam setiap jalannya rangkaian acara, khususnya
berkenaan dengan penangkalan berita hoax dan bagaimana cara menggunakan hak
suara pilih secara bijak.
Salah satu
pembicara, M. Yusuf GG Seran memaparkan mengenai terjadinya tren negative
hoax yang terus mengalami peningkatan menjelang tanggal pemilu. Mahasiswa
dituntut untuk bijak dan cerdas memilih informasi, khususnya yang berkaitan
dengan pemilihan calon presiden, wakil presiden, serta wakil rakyat yang akan
dipilih nanti.
?Menuju tanggal 17 April, jumlah hoax kian
meningkat, khususnya terkait pemilihan presiden yang dapat dikatakan saling
menyerang di sosial media. Dalam hal pemilu ini hoax sengaja diciptakan untuk
mendapat suara. Ini seperti tipu daya berujung pada fitnah, maka dari itu selalu
cek terlebih dahulu benar atau tidaknya informasi tersebut," paparnya.