Pemerintah Kabupaten Bogor dan Pemerintah Kota Bogor lakukan Diskusi Penataan Kawasan Simpang Ciawi Bersama Rektor Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor, di ruang senat UNIDA Bogor (19/2). Kegiatan diskusi ini merupakan sebagai bahan koordinasi bersama yang dihadiri oleh unsur pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor diantaranya berasal dari Dinas Perhubungan, Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), Sekretariat Daerah, Camat Ciawi dengan Pemerintahan Kota (Pemkot) Bogor yang diwakili oleh BAPPEDA. Kegiatan Diskusi dibuka oleh Rektor UNIDA Bogor, diskusi berjalan dengan dengan agenda menyampaikan beberapa catatan fakta dilapangan serta harapan dari kolaborasi bersama melalui diskusi yang merupakan sebuah aksi nyata yang nantinya bukan hanya sebuah wacana semata.

Ajat Jatnika perwakilan dari Bappeda Kabupaten Bogor menyampaikan terima kasih atas sambutan serta kesediaan Rektor UNIDA Bogor menjadi tempat mencari solusi bersama dan sangat berharap ada pemikiran dari kampus tentang penataan kawasan ciawi.

“Diskusi ini merupakan langkah awal Koordinasi bagi kami dari Pemkab Bogor dengan Pemkot Bogor, dimana pihak UNIDA Bogor sebagai Kaum Akademisi menjadi tempat kami bertanya, dan kami sangat berharap ada pemikiran dari kampus tentang penataan kawasan,” ujarnya.

Permasalahan Kesemerawutan kawasan ciawi ini tentunya kompleks, diantaranya terdapat kemacetan, adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berdagang di area fasilitas umum, permasalahan sampah, serta permasalahan lainnya. Harapan jalinan kerjasama yang baik antara Pemkab Bogor dengan UNIDA Bogor diharapkan pula dapat semakin terjalin.

“Kami mengajak UNIDA Bogor untuk lebih intens dalam konteks informal ataupun melalui kerjasama untuk dapat berkolaborasi dalam eksekusi penyelesaian masalah penataan kawasan simpang ciawi ini, ada konten yang sudah kami siapkan desain dari tim Bappeda, dan kami berharap kita bisa bekerjasama dengan baik untuk dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat serta Kabupaten dan Kota Bogor,” tambahnya dalam penyampaian.

Masalah kemacetan menjadi bahasan dalam diskusi penataan kawasan ciawi, dalam faktanya kita melihat bahwa sering terjadi kemacetan dikarenakan adanya terminal bayangan serta banyak angkutan umum yang menaik turunkan penumpang disembarang tempat.

Dudi perwakilan dari Dinas Perhubungan menyampaikan bahwa sebelumnya Dinas Perhubungan telah membuat wacana pada tahun 2012 tentang pembuatan Terminal dikawasan Ciawi, namun terhalang oleh kewenangan, sehingga sampai saat ini hanya menjadi sebuah wacana.

“Dinas perhubungan pernah membahas pembuatan terminal pada tahun 2012, dan kita sudah mengkaji bahwa ciawi membutuhkan terminal untuk mengurangi dampak kemacetan, dan Kami sudah melihat rencana kedepan terminal tersebut dapat digunakan untuk pelayanan angkutan kota keluar provinsi, angkutan kota dalam provinsi, dan angkutan pedesaan, namun sampai saat ini hanya menjadi wacana karena keterbatasan kewenangan. Harapan kami UNIDA Bogor yang terletak di kawasan ciawi tentunya dapat menjadi salah satu pendorong yang luar biasa untuk pengelolaan tata kota di kawasan ciawi,” Tuturnya dalam diskusi.

 

Kawasan Ciawi menjadi bagian dari pengembangan pariwisata puncak atau penataan dalam pembangunan, melalui diskusi ini nantinya diharapkan akan di elaborasi menjadi sebuah kebijakan bersama,

Agus Hasan Slamet selaku Camat Ciawi Bogor melihat fenomena yang terjadi dikawasan simpang ciawi bukan hanya menjadi titik bagian permasalahan kecamatan ciawi, tapi juga menjadi titik permasalahan Kabupaten Bogor, karena masih terlihat kumuh dan perlu penataan serta pengelolaan yang berkelanjutan.

“Kondisi simpang ciawi ini memang harus dibenahi faktanya kondisi simpang perempatan Ciawi, antara Tol Jagorawi, Tajur Ke Kota Bogor, kearah Sukabumi, kearah Gadog, bukan hanya menjadi titik bagian permasalahan Kecamatan Ciawi, tapi juga menjadi titik permasalahan Kabupaten Bogor yang perlu di tata serta di rawat secara berkelanjutan, mengingat kawasan ciawi merupakan lintasan yang selalu dilalui oleh wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan puncak. Kami di Musrenbang beberapa kali mengusulkan taman kota ciawi, serta dibuat monument ucapan selamat datang sebagus dan secantik mungkin sebagai tanda kita menyambut kedatangan wisatawan dengan harapan dapat mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daerah puncak atau daerah ciawi, mengenal lokasi serta fasilitas pariwisata ciawi sudah cukup banyak dan bagus,” pungkasnya dalam diskusi.

 

Dr. Lucky Hikmat Maulana, SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi melihat Permasalahan yang terjadi di kawasan ciawi, dari sisi perekonomian tidak dapat di pungkiri bahwa perputaran uang dengan kesemerawutannya cukup tinggi.

“Saya berpikir perlu adanya relokasi PKL ke tempat yang tentunya sudah disediakan khusus oleh pemerintah, sehingga nantinya akan tertata dengan baik. Penertiban tersebut harus dilakukan secara solutif melalui relokasi, karena jika ditertibkan tanpa ada relokasi, maka nantinya PKL tersebut akan bermunculan kembali saat lepas dari pengawasan.

Dekan Fakultas ekonomi sekaligus penggiat kepariwisataan Kabupaten Bogor tersebut mengatakan bahwa, apabila dilihat dari sisi kepariwisataan ciawi masuk dalam format kawasan puncak, yang menjadi konsen seringkali pengembangan pariwisata di kawasan puncak terkadang melupakan ciawi

“Dari segi pariwisata kita menggeser tidak hanya ke daerah puncak, namun daya tarik puncak tidak bisa di pungkiri menjadi primadona bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang tentunya dapat menambah pemasukan bagi daerah melalui pariwisata,” tambahnya.

Ir. Himatul Miftah, M.Si selaku Wakil Rektor III UNIDA Bogor menyampaikan bahwa UNIDA Bogor sebelumnya sudah memiliki konsen tentang bagaimana penanganan permasalahan di kawasan ciawi dimulai dari pengentasan masalah kemacetan, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, dan penataan tata kelola kota yang baik untuk kedepannya.

“Kami perlu sampaikan, bahwa UNIDA Bogor memiliki 1 tim peneliti yang di bentuk oleh Chancellor UNIDA Dr. H. Martin Roestamy, SH., MH dengan program Transit Oriented Development yang melingkupi peningkatan fokus pada sisi pariwisata, kemacetan, perumahan, serta keindahan yang nantinya akan melingkupi gunung salak, gunung pangrango,dan gunung gede,”.

Sementara itu, Rektor UNIDA Bogor, Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si mengatakan, kesemrawutan yang terjadi di simpang Ciawi terdiri dari banyak hal seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini tentu berdampak pada berbagai sektor. Dalam diskusi tersebut, Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si menyarankan beberapa hal, diantaranya klasterisasi kontributor penyebab terbesar kesemrawutan.

“Solusi dari kesemrawutan ini, pertama yang mendasar yaitu tentukan serta buat klasterisasi kontributor mana yang lebih banyak menyumbang kekumuhan. Diidentifikasi dari berbagai aspek, kemudian dibuat skala prioritas. Misalnya seperti kemacetan yang dikarenakan terminal bayangan, maka memang perlu solusinya adalah terminal. Adapun mengenai pemindahan PKL harus dikaji secara holistic. Dari diskusi ini selanjutnya kita bentuk champion team untuk menyelesaikan permasalahan di simpang Ciawi tersebut,” tuturnya.