Pembelajaran Jarak Jauh merupakan salah satu bentuk upaya bidang Pendidikan dalam mendukung kebijakan Physical Distancing (pembatasan jarak fisik) yang dikeluarkan pemerintahan di setiap negara yang terkena penyebaran COVID 19. Hasil kebijakan physical distancing tersebut tentunya seperti koin yang memiliki dua sisi, baik positif maupun negatif.

Berlandaskan fenomena tersebut Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor menyelenggarakan webinar internasional dengan topik ‘Remote Learning: a Caution for Socio Emotional Skills Decreasing’ pada Senin, 18 Mei 2020 melalui aplikasi daring Zoom Meeting. Topik tersebut ditelaah melalui sub -sub topik yang disajikan oleh sejumlah pembicara yang handal di bidang masing-masing.

Kepakaran sejumlah pembicara baik bidang hukum siber (Assoc. Prof. Sonny Zulhuda, LLB, MCL, Ph.D dari International Islamic University, Malaysia), Psikologi (Assoc. Prof. Mimi Fitriana, UCSI University, Malaysia), Pendidikan (Assoc. Prof. Dr. Khalid I. Mustafa, Koya University, Irak), Pendidikan Karakter (Dr. Hj. R. Siti Pupu Fauziah, S.Pd.I.,M.Pd.I., Universitas Djuanda, Indonesia), maupun Relasi Internasional (Elizabeth Diana Dewi, B.Hsc, M.IR, Turkey) mampu memberikan wawasan pengetahuan yang baik kepada peserta yang berjumlah 517 orang. Kemampuan moderasi Zahra Khusnul Lathifa, S.Pd.I, M.Pd.I. (Dekan FKIP) mampu menjembatani secara interaktif peserta webinar internasional latar belakang peserta yang berasal dari kalangan guru sekolah, dinas pendidikan, dosen dan mahasiswa. Selain itu, sejumlah negara yang tercatat menjadi peserta antara lain Swiss, Irak, Brunei Darusallam, Timor, Thailand, Malaysia, Korea Selatan dan Indonesia.

Webinar dimulai dengan paparan Prof Sonny yang mengutarakan Law of Data Sharing in Remote Learning Platform. Pakar hukum siber ini memang mengakui bahwa ada fenomena penyebaran data terkait proses pembelajaran dalam pembelajaran jarak jauh. Adapun kebijakan tersebut dikembalikan kepada penyedia untuk menentukan kadar kerahasiaan data pembelajaran jarak jauh (materi maupun tes).

Pembelajaran jarak jauh memang mewajibkan untuk menggunakan sejumlah platform. Prof Mimi menambahkan dalam paparan sub topiknya “Matching the remote learning platform to the students’ age” bahwa setiap instansi Pendidikan maupun guru atau dosen sebagai penyedia pembelajaran harus memperhatikan potensi platform daring dan non-daring bagi peserta didik.

Prof Khalid turut memberikan kontribusi yang baik dengan mengurai sebelas kategori yang bisa guru atau dosen lakukan dalam meningkatkan akademik pembelajar dalam proses pembelajaran jarak jauh. Kesebelas kategori tersebut tetap membutuhkan pengelolaan yang baik dengan daya motivasi siswa yang menjadi sumber inti pembelajaran.

Dr. RSP Fauziah memberikan pandangan yang menarik atas pandemic COVID-19 yang terjadi bahwa pandemi COVID 19 dapat dianggap sebuah keberkahan. Keterampilan sosio-emosional tak sekedar dipandang secara horizontal antar sesama manusia namun juga menuntut tiap individu untuk meningkatkan kualitas komunikasi dengan Allah SWT. Pandangan Dr RSP Fauziah ini bahwa hubungan vertikal lebih mampu mengoptimalkan nilai kebermaknaan atas hidup seseorang.

Tak kalah menarik, Elizabeth, diplomat Indonesia di Turkey membagikan pengalamannya dalam melihat fenomena sejumlah mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi  berdasarkan platform yang diminati. Interaksi fisik memang berkurang, namun interaksi sosial, baik kegiatan amal atau sejenisnya lebih terdokumentasi dengan baik dan langsung dipublikasikan melalui platform-platform yang mahasiswa sukai.

“Pembelajaran jarak jauh dikhawatirkan menurunkan keterampilan sosio-emosional pembelajar, namun menjadi lahan kreatif pembelajar, guru dan dosen untuk mengeksplorasi pembelajaran agar lebih menarik kreatif dan terdokumentasi dengan baik”, ujar Zahra. (fkip)