Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor adakan Seminar Nasional dengan tema “Strategi Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran BK dan Penjas Berbasis Moda Daring” melalui media virtual zoom (17/9). Adapun kegiatan seminar nasional ini di ikuti oleh sekitar kurang lebih 470  peserta,

 

FKIP bekerjasama dengan lembaga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Kemendikbud, Universitas Muhammadiyah Sukabumi dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Bangka Belitung merasa perlu untuk memberikan solusi-solusi terbaik yang dapat bermanfaat dan berkontribusi positif kepada para pendidik dan tenaga kependidikan di seluruh wilayah Indonesia melalui Seminar Nasional bertajuk “Strategi Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran BK dan Penjas berbasis Moda Daring”.

Adapun tujuan dari diadakannya kegiatan ini adalah Memfasilitasi diskusi pakar dalam strategi pendidikan karakter pada pembelajaran daring BK dan Penjas, dan Menghasilkan rekomendasi dan solusi-solusi alternative pembelajaran berbasis pendidikan karakter dalam upaya ketercapaian tujuan pembelajaran BK dan Penjas Sekolah Dasar.

Hadir sebagai Special Remarks yaitu Chancellor UNIDA Bogor Bapak Dr. H. Martin Roestamy, SH., MH. Serta turut mengundang Ibu Dr. Hj. R. Siti Pupu Fauziah, M.Pd.I. selaku Ketua Umum YPSPIAI sebagai Narasumber, Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si. selaku Rektor Universitas Djuanda Bogor, Sebagai Keynote Speaker yaitu Dr. Yaswardi, M.Si. yang saat ini menjabat sebagai Kepala P4TK Kemendikbud, serta Dr. H. Asyraf Suryadin, M.Pd. selaku Ketua STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung dan sebagai Narasumber, kemudian hadir juga Sistiana Windyariani, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Sukabumi sebagai Narasumber.

Bapak Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si. selaku Rektor UNIDA Bogor, yang turut hadir memberikan sambutan dan sekaligus membuka kegiatan Seminar Nasional pada hari ini.

 

“Alhamdulillah, walaupun dalam kondisi pandemi kita masih bisa berkontribusi dalam pengembangan keilmuan disini, khususnya yang terkait dengan pendidikan karakter, jadi kalau setelah munculnya KKNI itu kita diviralkan dengan istilah pendidikan karakter karena memang dalam KKNI tercantum dalam deskripsi umum itu semua harapannya itu menghasilkan sikap karakter yang baikk-baik, di Universitas djuanda kita punya 21 karakter, yang mudah-mudahan ini bisa menghasilkan kompentensi lulusan disini yang diharapkan oleh bangasa Indonesia, sebagai mana kita ketahui kompentensi lulusan ini ada 3 yaitu terkait dengan sikap, pengetahuan, dan kompentensi. Karakter ini erat kaitannya dengan sikap yang baik bagaimana masing-masing itu terutama  terkait dengan spiritual, dan juga budaya-budaya baik. Diharapkan dalam seminar ini itu kita bisa menghasilkan metode atau strategi yang terkait dengan bagaiman menciptakan penguatan karakter  bangsa indonesia, yang tentunya ini akan menjaid jati diri bagi pendidikan Nasional, selanjutnya dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim maka seminar nasional yang bertemakan Strategi Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran BK dan Penjas berbasis Moda Daring secara resmi dibuka.” Tuturnya.

 

Chancellor UNIDA Bogor, Bapak Dr. H. Martin Roestamy, SH., MH. Yang hadir sebagai Special Remarks dalam penyampaian materinya menyampaikan terkait Self Character Building, Big Concept, Manajemen Uswah, Proses Kepemimpinan Pasca Rasulullah, dan Kreatif

 

“UNIDA itu telah menemukan 21 Karakter yang merupakan yang bersumber Local Wisdom, National Wisdom, Global Wisdom, Spiritual Wisdom. Local Wisdom meliputi  Cageur, Bageur, Bener, Pinter dan Singer.  Nasional Wisdom meliputi Nasionalitas, Integritas, Loyalitas, Respeksitas, Kapasitas.  Global Wisdom meliputi Awareness, Accountability, Participatory, Creativity, dan Adversity. Dan Spiritual Wisdom meliputi Siddiq, Amanah, Fathonah, Tabligh dan Istiqomah serta yang terakhir yaitu Bertaqwa. Dengan 21 karakter Unida melakukan kajian demi kajian mengenai karakter itu dalam konteks research. Membangun kepribadian siswa, anak, teman, tapi membangun Diri Sendiri adalah penting, kata kunci dari karakter adalah membangun diri sendiri. Didalam pembangunan  karakter manajemen  di UNIDA  kami punya adegium “berbuat baiklah maka dia akan mempengaruhi institusi menjadi lebih baik.  Manajemen yang ada pada UNIDA adalah manajemen Uswah. Manajemen Uswah, tidak bisa membangun orang lain kecuali diri kita memulai sendiri . Manajemen pemimpin dengan “mencontohkan ”. Membangun Karakter adalah suatu kewajiban, tetapi yang lebih wajib adalah membangun karakter diri sendiri, Seorang Nahkoda kapal yang sukses jika dia berhasil menundukkan dahsyatnya ombak di lautan, dan Perang Badar dan Perang Uhud adalah berat, tetapi memerangi diri sendiri itu lebih berat.” Tuturnya.

 

Sementara itu, Dr. Yaswardi, M.Si. selaku Kepala P4TK Kemendikbud yang hadir sebagai keynote speaker memaparkan terkait Strategi Penguatan Karakter dalam Pembelajaran PJOK dan Layanan BK.

 

“karakter itu sangat dibutuhkan adalah kefiguran keteladanan dari seseorang yang akan memberikan contoh tauladan uswah. Karakter itu bisa dibelajarkan knowledge, tapi karakter utama adalah bagaimana menampilkan sosok-sosok uswah. Peran PJOK dan BK di Sekolah yaitu Membantu perkembangan belajar di sekolah, Mengenal dan menemukan diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya serta menyusun rencana tujuan –tujuan tersebut, mengatasi masalah pribadi yang menggangu belajar di sekolah. “  tuturnya

 

Ibu Dr. Hj. R. Siti Pupu Fauziah, M.Pd.I. selaku Ketua umum YPSPIAI yang hadir sebagai narasumber yang memaparkan terkait Pendidikan Karakter Untuk Guru Di Masa Pandemi.

 

“ Memberi itu akan mendatangkan bahagia, menyenangkan orang lain itulah sebetulnya yang akan menjadi terapi kebaikan untuk kita yang dalam masa pandemi. Guru mempunyai fungsi sebagai mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi . Kepribadian Guru sebagai konselor merupakan faktor yang paling  penting dalam melakukan konseling” tuturnya

 

Agenda selanjutnya adalah pemaparan materi dari narasumber yaitu Bapak Dr. H. Asyraf Suryadin, M.Pd yang sekarang menjabat sebagai Ketua STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung yang memaparkan materi mengenai Problematika Dan Tantangan Pembelajaran Daring.

 

“Permasalahan yang Timbul sebagai Dampak dari Pembelajaran Daring yaitu Tidak semua siswa mempunyai android, Jaringan kurang bagus (lambat), Kurangnya kesadaran artinya penting pendidikan daring, Kepedulian siswa dalam pembelajaran daring sangat minim sekali, dan Guru kurang kreatif dan inovatif. Solusi yang Ditawarkan yaitu Kehadiran pemerintah pusat dan daerah dalam mengambil kebijakan yang tetap berpihak pada peserta didik dengan tetap berpedoman pada protokol kesehatan. (Penyedian pulsa bagi peserta didik yang saat ini sudah dilaksanakan), Penyesuaian pola asuh dimana orang tua harus diberikan pemahaman akibat adanya pademik, Membangun komunikasi yang lebih baik antar guru dan orang tua, pada daerah tertentu yang hadir ke sekolah adalah orang tua kemudian orang tua meneruskan ke peserta didik/anaknya, Memanfaatkan ruang publik/kampus/sekolah yang berdekatan dengan rumah-rumah penduduk untuk dijadikan tempat akses internet bagi siswa yang kurang mampu, Tatap muka secara bergiliran tiap kelasnya, Pengambilan hasil belajar terjadwal, Pengambilan hasil belajar terjadwal, Pemanggilan orangtua secara terjadwal dan terbatas serta tatap muka dilakukan berdasarkan aturan protocol kesehatan” tuturnya

 

Hadir juga Ibu Sistiana Windyariani, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Sukabumi  yang hadir sebagai Narasumber yang memamparkan materi terkait Pembelajaran Daring Masa Pandemik Covid-19 : Kesulitan Belajar Siswa dan Alternatif Solusi.

 

Kesulitan Belajar Siswa  seperti  Anak tidak bisa mengetahui kapan waktu belajar sebab hilangnya rutinitas belajar, Anak kesulitan memahami pelajaran itu sendiri di sekolah, dan Anak tidak memahami instruksi guru berdasarkan proses belajar daring. Alternatif Solusi Kesulitan Belajar yaitu Menghimbau guru untuk berkolaborasi dalam memberikan tugas kepada siswa, Menjaga dan meningkatkan kreatifitas, Melaksanakan blended learning pada daerah dengan zona aman,  untuk mengurangi kejenuhan pada siswa, Outing class yang diatur protokolnya dengan ketat, Mengagendakan kunjungan ke rumah siswa, dan Melatihkan kesadaran metakognitif kepada siswa

 Perlunya juga memotivasi dari guru maupun orang tua bahwa belajar adalah suatu kebutuhan untuk menopang kehidupan siswa seumur hidupnya bahkan sebagai modal untuk menuju kehidupan sampai akhirat, Pada masa pandemi ini membangun kesadaran metakognitif sangat diperlukan agar, kesadaran belajar muncul pada diri siswa dan bukan sebagai paksaan atau hanya sekedar menggugurkan tugas belajar siswa,  dan Kreativitas sangat diperlukan untuk menghindari kesulitan dan kejenuhan belajar” tuturnya.