Mahasiswa Fakultas Ilmu Pangan Halal (FIPHAL)
Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor ciptakan Cirang Pati Garut Instan Kuah Ayam
Bawang (CIGANTAN) dalam pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang
Kewirausahaan (PKM-K) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia yang didapatkan oleh Nurafifah
Azzahra, Rizky Susetyowati, Aulia Rizki, Fitria Selsi, dan Mega Silpia dari
Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Pangan Halal dan dibimbing oleh
dosen FIPHAL UNIDA Bogor, Rosy Hutami, S.TP., M.Si.
Umbi garut (Maranta arundinacea) dilaporkan
dapat melindungi lambung dari gastritis dan iritasi lambung lainnya termasuk
maag yang didasarkan pada penelitian Laili 2020. Berdasarkan potensi tersebut,
lima mahasiswa Universitas Djuanda (UNIDA) melakukan inovasi produk dan
menjalankan program kewirausahaan berbasis umbi garut yang diolah menjadi
cireng.
Cireng merupakan salah satu makanan ringan yang
berasal dari daerah Jawa barat. Makanan ringan ini sangat populer dan diminati,
akan tetapi di zaman modern seperti saat ini cita rasa cireng tidak selalu
diterima oleh masyarakat.
Saat ini cireng umumnya terbuat dari tepung tapioka,
belum banyak produk cireng yang dibuat dengan bahan baku fungsional. Sehingga
perlunya adanya inovasi pada pembuatan cireng baik dari bahan baku, cita rasa,
serta nilai fungsional bagi tubuh.
Sebagai solusi hadirlah inovasi jajan nusantara
CIGANTAN (Cireng Pati Garut Instan kuah ayam bawang) solusi untuk penderita
maag. CIGANTAN merupakan produk pertama dan satu-satunya cireng berbasis pati
Garut yang ada di Indonesia saat ini.
Nurafifah Azzahra, selaku ketua tim menjelaskan
alasan pemilihan cireng sebagai jenis produk yang dikembangkan, adalah karena
generasi milenial dan generasi Z di era globalisasi ini cukup terbatas
pegetahuannya mengenai pangan tradisional Indonesia, dan lebih banyak
mengetahui mengenai makanan barat atau Korea.
?Sehingga diperlukan solusi penyediaan pangan
yang cocok dengan karakteristik milenial yang serba praktis, menyukai pangan
yang kaya rasa, bergizi, dan mengandung sifat fungsional, namun dapat
mengangkat kearifan lokal seperti halnya cireng,? ujar Nurafifah.
Berdasarkan hasil survey yang telah tim ini
lakukan terhadap 54 responden, diketahui bahwa 51 responden bersedia membeli
produk CIGANTAN dan 100% adalah generasi millenial dengan rentang usia 15-40
tahun.
Selain itu terdapat 40 responden yang menderita
maag tertarik untuk membeli produk CIGANTAN dari total 54 responden atau setara
dengan 74,07%. Melalui program ini, kelima mahasiswa ini berhasil menjual 252
kemasan produk selama 3 bulan.
Tidak hanya berfokus pada kuantitas penjualan,
tim ini juga berkomitmen menghasilkan produk yang aman dan halal. Hal ini
dibuktikan dengan penerapan cara produksi pangan yang baik (CPPB) dan sistem
jaminan halal (SJH) sejak awal produksi.
Berbagai metode penjualan juga diterapkan oleh
tim ini, di antaranya penjualan online melalui akun market place Shopee dengan
nama toko ?CIGANTAN Official?, Instagram, dan WhatsApp. Selain itu penjualan
juga dilakukan secara offline melalui
penitipan di toko, dan melalui sistem reseller dan dropshipper.
Di sisi lain, CIGANTAN berhasil memperluas pemasaran
dari awalnya area Jabodetabek pada dua bulan pertama sejak program
dilaksanakan, hingga mencapai daerah luar Jabodetabek yaitu Magetan, Palembang,
Pontianak, dan Makassar.
Tahapan selanjutnya yang akan tim ini lakukan
adalah melakukan produksi secara lebih massif, membuka cabang di luar
Jabodetabek, dan mendaftarkan produk pada sertifikasi halal. Semoga kegiatan
kewirausahaan ini dapat terus berlanjut meskipun program telah usai dan menjadi
start up wira usaha yang sesungguhnya yang dikembangkan oleh mahasiswa.