Kajian Muslimah Desi Hasbiyah, S.Si., M.I.Kom, Bahas mengenai Belajar Akhlak Mulia yang Sederhana
Universitas Djuanda
(UNIDA) kembali melaksanakan kegiatan rutin kajian Muslimah yang pada
kesempatan kali ini diisi oleh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Desi
Hasbiyah, S.Si., M.I.Kom dengan tema “Belajar Akhlak Mulia yang Sederhana” pada
Jumat, 3 November 2023 di Masjid Baitul Hamdi (MBH) UNIDA.
Desi Hasbiyah, S.Si.,
M.Si dalam paparannya menyatakan bahwa belajar akhlak mulia yang sederhana dapat
belajar pada akhlak dari seekor semut, burung dan cicak pada saat peristiwa
terbakarnya Nabi Ibrahim AS oleh Raja Namrud.
Semut begitu mencintai Nabi Ibrahim sehingga
ketika periwa itu terjadi, dia membawa air dalam genggamannya untuk mencoba
memadamkan api yang membakar Nabinya. Ketika seekor burung melihatnya, ia
tertawa dan nyinyir kepada si semut dengan nada meremehkan sambal berkata “tak
mungkin air itu bisa memadamkan api yang membakar Ibrahim, Hai semut!” namun,
sang semut menjawab “ Tak apa, yang penting Allah SWT mengetahui bahwa aku
berpihak pada nabi-Nya dan sangat menyayanginya dan orang lain tahu aku berada
di pihak yang mana”. Di sisi lain, sang cicak melihat peristiwa pembakaran dengan
senyuman, juga memberikan tanda kepada siapa dia berpihak.
Dalam hal ini, Yahya Bin Muadz seorang Sufi
dari Iran mengatakan bahwa ada 3 akhlak mulia yang seharusnya dimiliki seorang
Mukmin yaitu jika tidak bisa membantu minimal jangan menyusahkan, jika tidak
bisa membuat bahagia minimal jangan membuat sedih dan jika tidak bisa
menghargai minimal jangan mencela dan menghina.
“Belajarlah dari 3 binatang yang diceritakan.
Janganlah seorang mukmin mencela, membuat sedih dan menyusahkan saat dia tidak
membantu, membahagiakan dan menghargai mukmin lainnya. Akhlak mulia dari kisah
diatas patut diteladani, apalagi dalam lingkungan majelis ilmu seperti
Universitas Djuanda ini yang berisikan orang-orang yang memiliki keilmuan.
Karena Syekh Muhammad Syakir, seorang ulama dari Mesir mengatakan bila tidak
bisa menghiasi ilmu dengan akhlak yang baik, maka ilmu itu lebih berbahaya dari
pada kebodohan yang dimiliki. Karena manusia bodoh bisa dimaafkan karena
kebodohannya,sedangkan tiada maaf bagi bagi orang yang berilmu jika tidak ada
akhlak yang baik didalamnya. Maka jadilah pencari ilmu dan pengamal ilmu dengan
akhlak yang mulia karena keduanya membawa kedalam ciri manusia yang beriman
kepada Allah SWT. Amiiin,” ungkapnya.