humas@unida.ac.id 0251-8240773
Berita

Kajian Muslimah Desi Hasbiyah, S.Si., M.I.Kom, Bahas mengenai Belajar Akhlak Mulia yang Sederhana

Universitas Djuanda (UNIDA) kembali melaksanakan kegiatan rutin kajian Muslimah yang pada kesempatan kali ini diisi oleh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Desi Hasbiyah, S.Si., M.I.Kom dengan tema “Belajar Akhlak Mulia yang Sederhana” pada Jumat, 3 November 2023 di Masjid Baitul Hamdi (MBH) UNIDA.

Desi Hasbiyah, S.Si., M.Si dalam paparannya menyatakan bahwa belajar akhlak mulia yang sederhana dapat belajar pada akhlak dari seekor semut, burung dan cicak pada saat peristiwa terbakarnya Nabi Ibrahim AS oleh Raja Namrud.

Semut begitu mencintai Nabi Ibrahim sehingga ketika periwa itu terjadi, dia membawa air dalam genggamannya untuk mencoba memadamkan api yang membakar Nabinya. Ketika seekor burung melihatnya, ia tertawa dan nyinyir kepada si semut dengan nada meremehkan sambal berkata “tak mungkin air itu bisa memadamkan api yang membakar Ibrahim, Hai semut!” namun, sang semut menjawab “ Tak apa, yang penting Allah SWT mengetahui bahwa aku berpihak pada nabi-Nya dan sangat menyayanginya dan orang lain tahu aku berada di pihak yang mana”. Di sisi lain, sang cicak melihat peristiwa pembakaran dengan senyuman, juga memberikan tanda kepada siapa dia berpihak.

Dalam hal ini, Yahya Bin Muadz seorang Sufi dari Iran mengatakan bahwa ada 3 akhlak mulia yang seharusnya dimiliki seorang Mukmin yaitu jika tidak bisa membantu minimal jangan menyusahkan, jika tidak bisa membuat bahagia minimal jangan membuat sedih dan jika tidak bisa menghargai minimal jangan mencela dan menghina.

“Belajarlah dari 3 binatang yang diceritakan. Janganlah seorang mukmin mencela, membuat sedih dan menyusahkan saat dia tidak membantu, membahagiakan dan menghargai mukmin lainnya. Akhlak mulia dari kisah diatas patut diteladani, apalagi dalam lingkungan majelis ilmu seperti Universitas Djuanda ini yang berisikan orang-orang yang memiliki keilmuan. Karena Syekh Muhammad Syakir, seorang ulama dari Mesir mengatakan bila tidak bisa menghiasi ilmu dengan akhlak yang baik, maka ilmu itu lebih berbahaya dari pada kebodohan yang dimiliki. Karena manusia bodoh bisa dimaafkan karena kebodohannya,sedangkan tiada maaf bagi bagi orang yang berilmu jika tidak ada akhlak yang baik didalamnya. Maka jadilah pencari ilmu dan pengamal ilmu dengan akhlak yang mulia karena keduanya membawa kedalam ciri manusia yang beriman kepada Allah SWT. Amiiin,” ungkapnya.