Majelis Tasbih UNIDA: Chancellor Ajak Insan UNIDA Teladani Kreativitas Rasul dan Para Sahabat
Universitas Djuanda (UNIDA) kembali
melaksanakan kegiatan rutin ketauhidan Majelis Tasbih yang pada kesempatan ini,
Jumat (13/10/2023) diisi oleh Chancellor UNIDA sekaligus Ketua Pembina Yayasan Pendidikan
Amaliah Djuanda Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H di Majelis Baitul Hamdi
(MBH).
Prof. Dr. H. Martin Roestamy,
S.H., M.H memberikan pemaparan mengenai Pendidikan Ketauhidan Berbasis Uswah
dengan tema “Meneladani Kreativitas Rasul dan Para Sahabat". Mengawali pemaparan,
Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H menceritakan sedikit kisah tentang para
rasul ulul azmi yang terdiri dari Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi
Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.
Dalam Q.S. Al-Ahqaf ayat 35 yang
artinya "Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul
yang memiliki keteguhan hati (ulul-azmi) dan janganlah engkau meminta
agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang
dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat
saja pada siang hari".
Dari penggalan ayat tersebut,
dapat disimpulkan bahwasanya rasul yang bergelar ulul azmi memiliki
kesabaran dan keteguhan hati yang kuat. Sehingga, sudah seharusnya sebagai
manusia dapat meneladani akhlak mulia para rasul ulul azmi.
Prof. Dr. H. Martin Roestamy,
S.H., M.H lalu menceritakan keteladanan Khulafa Al-Rasyidin, yaitu Khalifah Abu
Bakar RA.
“Abu Bakar memiliki nama asli
Abdullah bin Abi Quhafah. Abu Bakar berarti "Ayah Seorang Perawan"
dan bergelar Ash-Shiddiq berarti
"yang berkata benar" karena telah membenarkan peristiwa Isra Miraj
Rasulullah SAW. Abu Bakar memiliki prestasi menertibkan kaum murtad dan
menertibkan orang orang yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar memiliki sifat
kasih sayang, suka menolong, dermawan, jujur, rendah hati, berjiwa tenang dan
suka bermusyawarah. Inilah sifat dan prilaku yang patut kita teladani,” terangnya.
Selain itu, Prof. Dr. H. Martin
Roestamy, S.H., M.H juga menceritakan keteladanan Umar Ibn Khattab.
"Umar merupakan seorang
yang tegas dan adil sehingga memiliki julukan Al-Faruq yang artinya pembeda.
4 sifat Umar Bin Khattab yang harus diteladani adalah sifat sederhana,
pemberani, adil dan bertanggung jawab. Umar memiliki prestasi menjaga perluasan
wilayah Islam, mengatur administrasi keuangan pemerintahan, menetapkan kalender
hijriah, dan mengganti istilah khalifah menjadi amirul-mukminin
yang artinya pelayan bagi para orang beriman,” terangnya.
Prof. Dr. H. Martin Roestamy,
S.H., M.H kemudian menjelaskan keteladanan sahabat Rasul lainnya, seperti
Utsman Ibn Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Pada kesempatan ini, Prof. Dr.
H. Martin Roestamy, S.H., M.H juga memaparkan mengenai kreativitas para
Walisongo dalam menyebarluaskan agama Islam di Nusantara. Para Walisongo
memiliki keterampilan masing-masing dalam mengubah peradaban masyarakat
Indonesia dari paganism atau animisme menjadi Islam.
“Kretivitas para Walisongo yang
masih dapat kita saksikan sampai saat ini adalah Masjid Demak, dengan
arsitektur bangunan Jawa yang kokoh dan indah serta megah,” ungkapnya.
Contoh lainnya, kreativitas yang
dimiliki oleh Sunan Bonang yaitu menciptakan alat musik gamelan jawa “BONANG”
sebagai Media Dakwah, menciptakan syair, berisi nasehat anjuran kebaikan dan
petunjuk menjalani hidup yang bersumber dari Al-Quran dan sunnah, dikemas dalam
kidung “SULUK WIJIL” yang sampai saat ini masih terjaga di Universesitas Leiden
Belanda.
Adapun Sunan Kalijogo, membuat
Wayang sebagai media dakwahnya. Menciptakan lakon-lakon baru pada naskah Jawa
kuno yang isinya diambil dari ajaran ajaran Islam yang dikemas menarik dan
kemudian membuat masarakat menjadi tertarik dan candu pada cerita wayang, yang
tiket masuknya untuk menonton wayang adalah dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat.
Dalam arti lain, kreativitas
adalah cara berpikir, yakni pembiasaan rasa ingin tahu, mempertanyakan,
mengeksplorasi setiap kemungkinan dan kemudian memiliki kemampuan untuk
menyalurkan inspirasi tersebut menjadi sesuatu yang nyata, baik itu desain,
musik, menulis, memasak, atau karya lainnya.
“Kreativitas bukanlah kebetulan,
bukan juga bawaan orok (genetika), bukan trik bukan pula sulap yang mudah
dipelajari, melainkan konsekuensi dari keingintahuan anda menjadi kreatif serta
tekad belajar dan memanfaatkan potensi serta strategi berpikir yang tepat,”
jelas Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H.
Berpikir kreatif perlu untuk
melihat dari sudut pandang yang baru, kemudian menemukan hubungan baru, lalu
membentuk kombinasi baru. Oleh karena itu, hindari dan lawan musuh kreatif,
diantaranya seperti malas, penakut, ragu-ragu, minder, manja, panik, mudah
menyerah, dan lain sebagainya.
Di akhir, Prof. Dr. H. Martin
Roestamy, S.H., M.H memberikan tips bagaimana meningkatkan daya kreativitas,
antara lain pertama menggunakan otak kanan untuk simulasi visualisasi atau seni
musik dengan cara berolahraga jalan kaki tanpa alas. Kedua, mengenali hambatan
dengan melakukan rencana aksi untuk mengeliminir hambatan tersebut. Ketiga,
membiasakan berpikir berbeda.
Kegiatan kemudian diakhiri
dengan berdoa bersama untuk Palestina yang dipimpin oleh Mufti UNIDA, Dr. H. Syamsuddin
Ali Nasution, MA.
Sebagai informasi, kegiatan Majelis Tasbih mengenai Pendidikan Ketauhidan Berbasis Uswah dengan tema “Meneladani Kreativitas Rasul dan Para Sahabat" yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H ini dapat disaksikan kembali secara lengkap melalui tautan berikut: https://www.youtube.com/live/vLXe65tnHrE?feature=shared