humas@unida.ac.id 0251-8240773
Ketauhidan

Majelis Tasbih UNIDA: Chancellor Ajak Insan UNIDA Teladani Kreativitas Rasul dan Para Sahabat

Universitas Djuanda (UNIDA) kembali melaksanakan kegiatan rutin ketauhidan Majelis Tasbih yang pada kesempatan ini, Jumat (13/10/2023) diisi oleh Chancellor UNIDA sekaligus Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Amaliah Djuanda Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H di Majelis Baitul Hamdi (MBH).

Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H memberikan pemaparan mengenai Pendidikan Ketauhidan Berbasis Uswah dengan tema “Meneladani Kreativitas Rasul dan Para Sahabat". Mengawali pemaparan, Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H menceritakan sedikit kisah tentang para rasul ulul azmi yang terdiri dari Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Dalam Q.S. Al-Ahqaf ayat 35 yang artinya "Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati (ulul-azmi) dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari".

Dari penggalan ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya rasul yang bergelar ulul azmi memiliki kesabaran dan keteguhan hati yang kuat. Sehingga, sudah seharusnya sebagai manusia dapat meneladani akhlak mulia para rasul ulul azmi.

Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H lalu menceritakan keteladanan Khulafa Al-Rasyidin, yaitu Khalifah Abu Bakar RA.

“Abu Bakar memiliki nama asli Abdullah bin Abi Quhafah. Abu Bakar berarti "Ayah Seorang Perawan" dan bergelar Ash-Shiddiq  berarti "yang berkata benar" karena telah membenarkan peristiwa Isra Miraj Rasulullah SAW. Abu Bakar memiliki prestasi menertibkan kaum murtad dan menertibkan orang orang yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar memiliki sifat kasih sayang, suka menolong, dermawan, jujur, rendah hati, berjiwa tenang dan suka bermusyawarah. Inilah sifat dan prilaku yang patut kita teladani,” terangnya.

Selain itu, Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H juga menceritakan keteladanan Umar Ibn Khattab.

"Umar merupakan seorang yang tegas dan adil sehingga memiliki julukan Al-Faruq yang artinya pembeda. 4 sifat Umar Bin Khattab yang harus diteladani adalah sifat sederhana, pemberani, adil dan bertanggung jawab. Umar memiliki prestasi menjaga perluasan wilayah Islam, mengatur administrasi keuangan pemerintahan, menetapkan kalender hijriah, dan mengganti istilah khalifah menjadi amirul-mukminin yang artinya pelayan bagi para orang beriman,” terangnya.

Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H kemudian menjelaskan keteladanan sahabat Rasul lainnya, seperti Utsman Ibn Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Pada kesempatan ini, Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H juga memaparkan mengenai kreativitas para Walisongo dalam menyebarluaskan agama Islam di Nusantara. Para Walisongo memiliki keterampilan masing-masing dalam mengubah peradaban masyarakat Indonesia dari paganism atau animisme menjadi Islam.

“Kretivitas para Walisongo yang masih dapat kita saksikan sampai saat ini adalah Masjid Demak, dengan arsitektur bangunan Jawa yang kokoh dan indah serta megah,” ungkapnya.

Contoh lainnya, kreativitas yang dimiliki oleh Sunan Bonang yaitu menciptakan alat musik gamelan jawa “BONANG” sebagai Media Dakwah, menciptakan syair, berisi nasehat anjuran kebaikan dan petunjuk menjalani hidup yang bersumber dari Al-Quran dan sunnah, dikemas dalam kidung “SULUK WIJIL” yang sampai saat ini masih terjaga di Universesitas Leiden Belanda.

Adapun Sunan Kalijogo, membuat Wayang sebagai media dakwahnya. Menciptakan lakon-lakon baru pada naskah Jawa kuno yang isinya diambil dari ajaran ajaran Islam yang dikemas menarik dan kemudian membuat masarakat menjadi tertarik dan candu pada cerita wayang, yang tiket masuknya untuk menonton wayang adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Dalam arti lain, kreativitas adalah cara berpikir, yakni pembiasaan rasa ingin tahu, mempertanyakan, mengeksplorasi setiap kemungkinan dan kemudian memiliki kemampuan untuk menyalurkan inspirasi tersebut menjadi sesuatu yang nyata, baik itu desain, musik, menulis, memasak, atau karya lainnya.

“Kreativitas bukanlah kebetulan, bukan juga bawaan orok (genetika), bukan trik bukan pula sulap yang mudah dipelajari, melainkan konsekuensi dari keingintahuan anda menjadi kreatif serta tekad belajar dan memanfaatkan potensi serta strategi berpikir yang tepat,” jelas Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H.

Berpikir kreatif perlu untuk melihat dari sudut pandang yang baru, kemudian menemukan hubungan baru, lalu membentuk kombinasi baru. Oleh karena itu, hindari dan lawan musuh kreatif, diantaranya seperti malas, penakut, ragu-ragu, minder, manja, panik, mudah menyerah, dan lain sebagainya.

Di akhir, Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H memberikan tips bagaimana meningkatkan daya kreativitas, antara lain pertama menggunakan otak kanan untuk simulasi visualisasi atau seni musik dengan cara berolahraga jalan kaki tanpa alas. Kedua, mengenali hambatan dengan melakukan rencana aksi untuk mengeliminir hambatan tersebut. Ketiga, membiasakan berpikir berbeda.

Kegiatan kemudian diakhiri dengan berdoa bersama untuk Palestina yang dipimpin oleh Mufti UNIDA, Dr. H. Syamsuddin Ali Nasution, MA.

Sebagai informasi, kegiatan Majelis Tasbih mengenai Pendidikan Ketauhidan Berbasis Uswah dengan tema “Meneladani Kreativitas Rasul dan Para Sahabat" yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H ini dapat disaksikan kembali secara lengkap melalui tautan berikut: https://www.youtube.com/live/vLXe65tnHrE?feature=shared