humas@unida.ac.id 0251-8240773
Riset

Dosen Universitas Djuanda Kembangkan Perangkat Praktikum IPA Ramah Tunanetra

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) umumnya melibatkan aktivitas sains seperti praktikum, eksperimen, dan penelitian. Aktivitas semacam ini sangat menarik bagi siswa dengan penglihatan normal. Namun, bagaimana kegiatan ini dapat diakses oleh siswa yang memiliki keterbatasan penglihatan? Bagaimana mereka dapat mengamati alam sekitar dengan menggunakan indera penglihatan yang kurang atau bahkan tidak berfungsi?

Sementara itu, IPA memegang peranan penting dalam memberikan pemahaman dasar tentang sains kepada semua siswa, termasuk siswa kebutuhan khusus, seperti tunanetra. Meskipun siswa tunanetra menghadapi hambatan dalam memahami konsep-konsep yang bersifat visual, mereka tetap berhak mendapatkan pembelajaran IPA yang setara dan berkualitas.

Di sekolah, pembelajaran IPA seringkali melibatkan kegiatan praktikum yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang nyata. Namun, bagi siswa tunanetra, keterbatasan penglihatan mereka menjadi penghalang dalam mengikuti praktikum yang dominan menggunakan visualisasi. Padahal, pengalaman praktikum sangat penting untuk memahami konsep-konsep ilmiah.

Pengembangan perangkat praktikum IPA yang inklusif menjadi kunci dalam memberikan akses pendidikan yang setara bagi siswa tunanetra. Dengan perangkat yang dirancang khusus untuk mereka, siswa tunanetra tidak hanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan praktikum, tetapi juga mendapatkan pengalaman belajar yang lebih mendalam. Harapannya, perangkat ini dapat diimplementasikan secara luas di sekolah luar biasa maupun sekolah inklusif sehingga semua siswa, tanpa memandang keterbatasan, dapat belajar IPA dengan optimal.

Berangkat dari kebutuhan tersebut, Tim Dosen Universitas Djuanda (UNIDA) mengembangkan perangkat praktikum IPA bagi siswa tunanetra. Perangkat ini dikemas dalam bentuk terpadu yang diberi nama “Integrated Science Loan Box”. Perangkat ini merupakan sebuah kit instrumen terpadu yang dirancang untuk berbagai topik pembelajaran IPA sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini.

Resti Yektyastuti, sebagai pengembang inovasi ini, menjelaskan bahwa Integrated Science Loan Box merupakan kebutuhan dalam pembelajaran IPA untuk siswa tunanetra di sekolah luar biasa dan sekolah inklusif.

"Perangkat praktikum IPA ini telah dirancang agar sesuai bagi siswa tunanetra. Komponen-komponen di dalamnya telah disesuaikan agar dapat diakses menggunakan indera peraba dan pendengaran. Kami berharap perangkat ini dapat membantu siswa tunanetra mengenal alam melalui pembelajaran IPA yang ramah disabilitas," ujarnya.

Annissa Mawardini sebagai tim pengembang juga menambahkan bahwa program ini didukung sepenuhnya oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek.

Terima kasih dan apresiasi yang tinggi kami sampaikan kepada Kemendikbudristek yang memberikan dukungan untuk gagasan dan inovasi yang kami kembangkan. Kami berharap inovasi ini dapat memberikan manfaat yang luas, terutama bagi pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus”, ungkap Annissa.

Pengembangan inovasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam pendidikan inklusif. Dengan demikian, Indonesia dapat bergerak seiring dengan negara-negara lain dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada tujuan keempat yang berfokus pada penjaminan pendidikan yang inklusif dan merata serta peningkatan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua orang.