humas@unida.ac.id 0251-8240773
Ketauhidan

Kajian Muslimah UNIDA: Kesabaran Muslimah Sebagai Kunci Keselamatan

Universitas Djuanda (UNIDA) kembali gelar kegiatan rutin Kajian Muslimah yang pada kesempatan kali ini diisi oleh Dosen sekaligus Dekan Fakultas Hukum UNIDA, Dr. Nurwati, S.H., M.H dengan tema “Kesabaran Muslimah Sebagai Kunci Keselamatan” di Masjid Baitul Hamdi (MBH) UNIDA pada Jumat, 25 Oktober 2024.

Dr. Nurwati, S.H., M.H dalam paparan materinya menyampaikan bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang manusia menghadapi yang namanya musibah. Peristiwa yang menyedihkan, mengecewakan atau mungkin menimbulkan luka batin. Musibah ini dapat berupa kehilangan orang-orang tercinta, harta benda, mengalami bencana alam, kecelakaan, disakiti, dilukai dan difitnah orang lain. Macam-macam musibah bisa dialami dalam hidup ini.

Atas berbagai musibah yang datang menerpa dalam hidup, maka seorang Muslimah harus meyakini bahwa semua bisa terjadi atas izin, sepengetahuan dan kuasa Allah SWT. Tidak ada satupun peristiwa terjadi di alam semesta ini tanpa diketahui Allah SWT.

Dalam Quraan Surat Al-Anam ayat 59 menjelaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini diketahui Allah SWT, bahkan sehelai daun yang gugur pun, Allah mengetahuinya, karena Allah Maha Mengetahui. Atas dasar itulah, maka dalam menghadapi musibah kita harus bersikap sabar karena musibah tersebut pasti atas sepengetahuan Allah SWT.

Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar secara bahasa berarti Al-Habsu yaitu menahan diri. Sedangkan secara syari, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara yang pertama yaitu ketaatan kepada Allah, kedua hal-hal yang diharamkan, dan ketiga yaitu takdir Allah yang dirasa pahit atau musibah.

Saat mengalami musibah, Allah SWT memerintahkan kita untuk menghadapinya dengan dua hal yaitu sabar dan sholat. Dan bukan hanya saat mengalami musibah kita dituntut untuk sabar. Seperti dalam pengertian sabar secara syari yang saya sampaikan di atas, maka kita juga dituntut untuk sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT dan hal-hal yang diharamkan. Atas dua hal tersebut manusia dituntut untuk sabar karena hal tersebut tidaklah mudah dalam menjalaninya, bahkan bagi sebagian orang itu sangat berat. Taat kepada Allah SWT dan menjauhi hal-hal yang diharamkan itu bukan perkara ringan semudah membalik telapak tangan. Bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT dan tidak ikhlas menjalani kehidupan, itu sangatlah berat karena taat kepada Allah SWT itu berarti manusia hendaknya banyak mengorbankan kelezatan dunia dan berlaku prihatin, tidak mengumbar hawa nafsu atau kesenangan duniawi. Contoh kecil yaitu manusia diperintahkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Bukankah puasa ini kita menahan diri dari perkara-perkara yang menyenangkan? Makanan dan minuman yang lezat tidak boleh dikonsumsi saat siang hari. Kemudian mengumbar syahwat juga dilarang, padahal semuanya itu adalah perkara-perkara menyenangkan bagi kita manusia.

Lalu bagaimana cara untuk bisa bersabar sesuai dengan pengertian syari, dengan saat mengalami musibah, maka Muslim hendaknya mengucapkan kalimat "innalillahi wa inna ilaihi roji'uun". Dengan mengucapkan "innalillahi wa inna ilaihi roji'uun" maka Muslim akan segera sadar bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini, pada hakekatnya bukanlah milik manusia, tapi milik Allah semata.

“Kemudian dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan menjauhi perkara-perkara yang diharamkan, maka tidak lain caranya adalah dengan ikhlas. Menjalani ketaatan kepada Allah dengan ikhlas, menjauhi perkara-perkara yang diharamkan juga dengan ikhlas. Kita ikhlas bahwa semua itu adalah tuntunan dari Allah SWT kepada kita agar kita tidak tersesat di dunia ini dan selamat di akhirat nanti. Semua itu semata-mata kita lakukan hanya untuk mengharap ridho dari Allah SWT,” ungkapnya.